Ahmad Recca Al-Fath Yustitia, nama yang kuberikan setelah istriku melahirkan putra pertama kami dengan berat 2,9 Kg dan panjang 52 cm melalui operasi SC (Sectio Caesar). Pada tanggal 21 Desember 2007 yang lalu kami mau berniat kontrol kehamilan yang dilakukan rutin setiap minggu mendekati hari-hari kelahiran yang sudah direncanakan sama dokter sekitar tanggal 19/20 Desember 2007 tetapi sang istri belum terlihat tanda-tanda untuk melahirkan minimal mules-mules maupun terjadi pembukaan. Setelah lewat waktu yang ditentukan tangal 19 atau 20 Desember 2007, kami melakukan kontrol ke dokter untuk melihat kondisi dan posisi bayi, dimana kontrol sebelumnya posisi bayi masih sungsang alias kepalanya masih diatas. Berniat untuk melahirkan belum terpikir sama sekali sampai dokter memeriksanya teliti dengan bantuan USG, seketika itu dokter sangat kaget karena dari pengalaman dia berkarir perhitungan selalu tepat untuk tanggal kelahirannya. Tetapi untuk masalah ini dokter mengajurkan untuk dipaksa keluar dengan bantuan Infus (istilahnya sebagai perangsang yang timbulnya mules) dan apalagi air ketubannya sudah mulai habis. Pada waktu itu kami harus memutuskan dengan cepat karena ini menyangkut istri dan anakku serta pada waktu itu kami sangat panik dibuatnya (karena ini pengalaman pertama bagi kami). Akhirnya pada jam 22.30 WIB tanggal 21 Desember 2007 istriku mulai rawat inap di rumah sakit untuk menjalani infus dan kami mulai mengkabarkan kesemua keluarga besar kami. Menjelang pagi dan siang kami menunggu effek dari infus tersebut menurut dokter maupun suster seharusnya sudah terlihat tanda-tanda mules-mules atau pembukaan, tetapi sampai malam lagi pun belum terlihat tanda-tandanya.
Pada malam hari tanggal 22 Desember 2007 kami mulai gelisah dan stress, kenapa infusnya belum bereaksi sudah 4 botol infus dan itu yang terakhir. Apakah karena fisik istriku yang kuat atau karena obat/dosis yang tidak manjur. Pada akhirnya pagi hari tanggal 23 Desember 2007 istri mulai panik dan meminta dosis yang lebih tinggi pada dokter. Sekarang bukan lagi di infus melainkan di induksi (suatu obat yang dimasukkan ke dinding vagina) tujuannya ini adalah mempercepat proses penghancuran dan mempercepat proses pembukaan. Setelah 3 jam pemakaian sudah mulai tanda-tanda mules dan sakit tapi semua itu masih tertahan tetapi setelah arah jam masuk 13.00 WIB, istriku mulai kewalahan karena sakitnya mules terasa sangat sangat luar biasa. Pukul 16.00 WIB istriku mulai teriak-teriak dan dia mulai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas karena penderitaan dan kesakitan yang dialaminya sangat tidak pernah dirasakan sebelum. Karena rasa kasihan (waktu itu sudah pembukaan 5 lebih) kami memutuskan untuk melakukan operasi caesar secepatnya dan operasi itu dapat dilakukan pada jam 19.00 karena operasinya dadakan, rumah sakit harus menelepon dokter-dokternya. Pukul 19.00 WIB semua dokter berkumpul dan mulai melakukan operasi, sebelumnya kami menelepon semua keluarga besar kami yang turut hadir menemani dan mendoakan kami.
Pada jam menunjukan pukul 20.00 WIB, kami yang berada diluar mendengar suara tangisan bayi. Secara sepontan semua yang menunggu bersorak mengucapkan syukur dan langsung itu juga (sebelum masuk ke inkubator) telinga bayi tersebut kami Adzan dan iqomah dan setelah itu kami mengikrarkan nama bayi tersebut didepan keluarga besar kami, AHMAD RECCA AL-FATH YUSTITIA yang mempunyai makna Orang yang Terpuji dengan semangat Kemenangan. Setelah jam mendekati 21.00 WIB dokter mulai keluar dan mengumumkan kondisi bayi tersebut sehat serta istriku juga, berat bayi 2900 gram (2,9 Kg) dan panjang 52 cm. Dan dokter tersebut mengatakan bahwa dia kesulitan juga untuk mengeluarkan bayi tersebut dari perut istriku sehingga kepala bayiku sedikit lonjong karena ditekan untuk keluarnya.
Semua pengalaman ini kami simpan dan kami pelajari untuk mengambil atau keputusan yang tepat, diantaranya:
Jika tidak memungkin normal atau sedikit masalah dengan normal putuskan dengan menggunakan operasi SC ini supaya menghindari kesakitan yang lebih pada istri dan menghemat biaya jika ujung-ujung solusinya operasi SC sebagai jalan terakhir. Sebelumnya tali pusar bayi kami hanya sejengkal tangan orang dewasa (normalnya 3 jengkal tangan) ini tidak diketahui sama dokternya (di USG dapat terlihat tali pusar bayi) jika kondisi tersebut kemungkinan bayi tidak bisa keluar walapun pembukaannya terjadi normal. Dan jangan menggunakan cara induksi pada sang istri karena ini membuat dia menderita sangat sakit sekali serta semua biaya menjadi membengkak (niat kami adalah normal dengan biaya hemat) disebabkan terjadi proses tahapan penanganan tindakan yang harus dibayar per tindakan.
Pada malam hari tanggal 22 Desember 2007 kami mulai gelisah dan stress, kenapa infusnya belum bereaksi sudah 4 botol infus dan itu yang terakhir. Apakah karena fisik istriku yang kuat atau karena obat/dosis yang tidak manjur. Pada akhirnya pagi hari tanggal 23 Desember 2007 istri mulai panik dan meminta dosis yang lebih tinggi pada dokter. Sekarang bukan lagi di infus melainkan di induksi (suatu obat yang dimasukkan ke dinding vagina) tujuannya ini adalah mempercepat proses penghancuran dan mempercepat proses pembukaan. Setelah 3 jam pemakaian sudah mulai tanda-tanda mules dan sakit tapi semua itu masih tertahan tetapi setelah arah jam masuk 13.00 WIB, istriku mulai kewalahan karena sakitnya mules terasa sangat sangat luar biasa. Pukul 16.00 WIB istriku mulai teriak-teriak dan dia mulai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas karena penderitaan dan kesakitan yang dialaminya sangat tidak pernah dirasakan sebelum. Karena rasa kasihan (waktu itu sudah pembukaan 5 lebih) kami memutuskan untuk melakukan operasi caesar secepatnya dan operasi itu dapat dilakukan pada jam 19.00 karena operasinya dadakan, rumah sakit harus menelepon dokter-dokternya. Pukul 19.00 WIB semua dokter berkumpul dan mulai melakukan operasi, sebelumnya kami menelepon semua keluarga besar kami yang turut hadir menemani dan mendoakan kami.
Pada jam menunjukan pukul 20.00 WIB, kami yang berada diluar mendengar suara tangisan bayi. Secara sepontan semua yang menunggu bersorak mengucapkan syukur dan langsung itu juga (sebelum masuk ke inkubator) telinga bayi tersebut kami Adzan dan iqomah dan setelah itu kami mengikrarkan nama bayi tersebut didepan keluarga besar kami, AHMAD RECCA AL-FATH YUSTITIA yang mempunyai makna Orang yang Terpuji dengan semangat Kemenangan. Setelah jam mendekati 21.00 WIB dokter mulai keluar dan mengumumkan kondisi bayi tersebut sehat serta istriku juga, berat bayi 2900 gram (2,9 Kg) dan panjang 52 cm. Dan dokter tersebut mengatakan bahwa dia kesulitan juga untuk mengeluarkan bayi tersebut dari perut istriku sehingga kepala bayiku sedikit lonjong karena ditekan untuk keluarnya.
Semua pengalaman ini kami simpan dan kami pelajari untuk mengambil atau keputusan yang tepat, diantaranya:
- Periksa dahulu posisi bayi jika ingin melahirkan kondisi normal.
- Lihat dengan teliti kondisi persediaan air ketuban dan panjang tali pusar pada saat di USG.
- Periksa juga kondisi kesehatan dan kesiapan istri.
Jika tidak memungkin normal atau sedikit masalah dengan normal putuskan dengan menggunakan operasi SC ini supaya menghindari kesakitan yang lebih pada istri dan menghemat biaya jika ujung-ujung solusinya operasi SC sebagai jalan terakhir. Sebelumnya tali pusar bayi kami hanya sejengkal tangan orang dewasa (normalnya 3 jengkal tangan) ini tidak diketahui sama dokternya (di USG dapat terlihat tali pusar bayi) jika kondisi tersebut kemungkinan bayi tidak bisa keluar walapun pembukaannya terjadi normal. Dan jangan menggunakan cara induksi pada sang istri karena ini membuat dia menderita sangat sakit sekali serta semua biaya menjadi membengkak (niat kami adalah normal dengan biaya hemat) disebabkan terjadi proses tahapan penanganan tindakan yang harus dibayar per tindakan.
3 komentar:
Selamat atas kelahiran putra pertamanya..
Kelsa punya adik nih :)
bagus banget saran2 and ceritanya membantu banget buat pasutri yang mau melahirkan .saluut
AQ JUGA KEPENGIN OIII BERKELUARGA, he....
Posting Komentar